
Ekspansi alam semesta kritis bagai pembentukan keadaannya saat ini. jika satu fraksi saja lebih lambat, keseluruhan alam semesta akan berkontraksi dan runtuh ke dalam dirinya sebelum tunas sistem-sistem tata surya sempat berkembang. Jika laju ekspansi satu fraksi saja lebih cepat, materi akan terpencar selamanya di keluasan angkasa tanpa mampu membentuk bintang-bintang atau galaksi-galaksi.
Jika saja salah satu kondisi tersebut terjadi, alam semesta beserta kehidupan di dalamnya mustahil ada. Faktanya, tidak satu pun dari kedua skenario itu terjadi. Berkat laju aktual ekspansi, alam semesta ini muncul. Namun, seberapa sensitifkah laju ini sebenarnya?
Paul Davies, seorang profesor Matematika dan Fisika terkenal pada Adelaide University Australia, membuat serangkaian kalkulasi untuk menjawab pertanyaan Hasil yang ia dapatkan sungguh menakjubkan. Menurut Davies, jika saja laju ekspansi setelah Dentuman Besar berbeda satu per miliar miliar (1/10″), alam semesta tidak akan terbentuk! Cara lain menuliskan angka ini adalah “0,000000000000000001”. Perbedaan berapa pun dari skala kecil itu akan berarti tidak ada alam semesta sama sekali.
Davies menginterpretasikan hasil ini sebagai berikut:
“Pengukuran yang hati-hati menghitung laju ekspansi sangat dekat dengan nilai kritis di mana alam semesta akan terlepas dari gravitasinya sendiri dan mengembang selamanya. Jika sedikit lebih lambat, kosmos akan runtuh; jika sedikit lebih cepat, material kosmos akan tercerai berai sejak dahulu kala. Menarik untuk mempertanyakan secara persis betapa kehalusan laju ekspansi telah di-“tata” agar tepat berada pada garis pemisah yang sempit antara kedua kehancuran. Jika pada waktu 1 detik (tempat pola waktu ekspansi telah benar-benar tetap) laju ekspansi berbeda dari nilai aktualnya lebih dari 10″‘, sudah cukup untuk merusak keseimbangan yang halus itu. Jadi, kekuatan eksplosif alam semesta bersesuaian dengan kekuatan gaya tariknya dengan akurasi yang hampir tak dapat dipercaya. Dentuman Besar jelas-jelas bukan dentuman biasa, namun sebuah ledakan yang besarnya dirancang secara indah.”
Sebuah artikel yang dimuat dalam jurnal Science menguraikan laju ekspansi yang luar biasa ini pada awal mula alam semesta:
Jika densitas alam semesta sedikit saja lebih tinggi, dalam hal ini menurut teori relativitas Einstein, alam semesta tidak akan mengembang karena gaya tarik partikel-partikel atomik, tetapi mengerut dan pada akhirnya menyusut menjadi sebuah titik. Jika densitas awal sedikit lebih kecil, maka alam semesta tidak akan mengembang dengan cepat. Namun, dalam hal ini, partikel-partikel atomik tidak akan saling menarik dan bintang atau galaksi tidak akan pernah terbentuk. Konsekuensinya, manusia tidak akan pernah ada!
Menurut kalkulasi, perbedaan antara densitas awal alam semesta yang sebenarnya dan densitas kritis, yang tampaknya mustahil terjadi, kurang dari seperkuadriliunmya satu persen. Ini serupa dengan menempatkan pensil pada sebuah posisi sehingga ia dapat berdiri pada ujung runcingnya selama miliaran tahun! Lebih jauh lagi, begitu alam semesta berkembang, keseimbangan ini menjadi semakin halus.
Walaupun beberapa kali Stephen Hawking mencoba untuk menganggap alam semesta berasal usul dari peristiwa kebetulan, dia harus mengakui fakta luar biasa dari laju ekspansi alam semesta ini dalam bukunya, A Brief History of A Time:
Jika laju ekspansi satu detik setelah Dentuman Besar lebih kecil satu per seratus juta juta, alam semesta akan runtuh sebelum mencapai ukurannya saat ini.
Alan Guth, bapak dari model alam semesta menggembung yang dikembangkan sebagai kelanjutan dari model baku alam semesta Dentuman Besar, beberapa tahun terakhir ini mengalkujasikan hasil yang bahkan jauh lebih mencengangkan tentang penyelarasan laju ekspansi alam semesta. Dia menyatakan bahwa margin kesalahan
tersebut adalah 1 dalam 10.
Kemudian, apa yang ditunjukkan oleh sebuah keseimbangan yang begitu luar biasa? Jelas ini merupakan contoh dari “penyelarasan” yang tidak mungkin dapat dijelaskan oleh peristiwa kebetulan; ia pastilah membuktikan keberadaan sebuah rancangan cerdas.
Jika penasaran dan ingin mendapatkan lebih banyak wawasan, artikel sains lainnya juga patut Anda baca:
Walau seorang materialis, Paul Davies mengakui:
“Sukar untuk menolak bahwa struktur alam semesta saat ini, yang kelihatannya sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan minor dalam angka, telah dipikirkan dengan agak saksama. Kesesuaian yang tampaknya ajaib pada nilai-nilai numeris yang telah diberikan alam kepada konstanta-konstanta fundamentalnya mestilah tetap menjadi bukti yang paling meyakinkan bagi sebuah unsur rancangan kosmik.”
Sebagaimana kita Lihat, data konklusif yang didapatkan melalui sarana-sarana ilmiah telah memaksa Paul Davies yang materialis untuk mengakui-baik dirinya suka maupun tidak-bahwa alam semesta adalah produk dari rancangan cerdas. Atau, dengan kata lain, bahwa alam semesta telah diciptakan.
Keajaiban pada Laju Ekspansi Alam Semesta